Al-Haytham : Merawat si kader muhammadiyah

Sebuah ironi, mengapa Muhammadiyah yang menjadi organisasi besar di indonesia sangat sulit mencetak kader yang kuat, berkarakter mengagumkan, berkompetensi membanggakan dan visioner, yang mampu memberi harapan bagi kemajuan Muhammadiyah di masa datang?

Muhammadiyah menjadi organisasi yang besar di indonesia bahkan terkenal sampai semenanjung sana, tak terlepas dari itu muhammadiyah bertanggung jawab penuh atas ortom yang ada di dalamnya, terutama yang bergerak di pendidikan dan pengkaderan, karena muhammadiyah tidak akan pernah menjadi sebesar sekarang jikalau bukan karena lapisan terbawahnya, maka pondasi yang terbawah perlu dirawat dan di perkuat dengan ideologi yang berdasar sehingga muhammadiyah tidak hanya terkesan organisasi keislaman yang hanya mengejar eksistensi atau bahkan organisasi yang hanya menjual nama muhammad darwis.

muhammad darwis / Ahmad Dahlan menjadikan al ma’un sebagai bahan ajar bukan tanpa alasan, dikala itu yang dibutuhkan umat memang seperti apa yang diajarkan oleh al ma’un karena sangat dibutuhkan perbaikan moral yang memanusiakan manusia, kelaparan dan pendidikan rendah menjadi fokus utama dahlan untuk menuntaskan problem itu, namun apakah sekarang masih terjadi hal yang demikian?

Tentu permasalahan masih ada dan nampak mata, namun saat ini bukan hanya umat yang menghadapi masalah tersebut, kader dari muhammadiyah itu sendiri ternyata masih banyak yang mengalami pendidikan rendah bahkan tidak memahami esensi dari pendidikan itu sendiri, apresiasi muhammadiyah juga terkesan kurang terhadap bagian tubuhnya, hal itu yang menjadikan ghiroh/ semangat berorganisasi menurun, muhammadiyah memiliki jutaan AUM (amal usaha muhammadiyah) dari banyaknya aum membuat tidak pantasnya muhammadiyah untuk tidak memprioritaskan kadernya sendiri, di bidang pendidikannya muhammadiyah memang menjadi bagian teratas di indonesia namun juga masih ada dan banyak kasus kader sendiri tidak kuat untuk membayar biaya pendidikan di sekolah atau perguruan muhammadiyah, banyaknya beasiswa tidak menjamin kader bisa masuk dan berpendidikan dengan tenang, adanya hal yang demikian bisa membuat kader melupakan bahwa ia berasal dari muhammadiyah karena merasa sudah tidak mendapat benefit atau previlege sebagai kader muhammadiyah,

maka problem yang ada apakah perlu diselesaikan?


Comments

Satu tanggapan untuk “Al-Haytham : Merawat si kader muhammadiyah”

  1. Hi, this is a comment.
    To get started with moderating, editing, and deleting comments, please visit the Comments screen in the dashboard.
    Commenter avatars come from Gravatar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *